Kamis, 12 Maret 2009

MENYOROTI PERAYAAN VALENTINE'S DAY

Cinta adalah sebuah kata yang indah dan mempesona yang hingga sekarang belum ada yang bisa mendefinisikan kata cinta itu sendiri. Meskipun demikian setiap insan yang memiliki hati dan pikiran yang normal tahu apa itu cinta dan bagaimana rasanya. Maha Suci Dzat Yang telah menciptakan cinta.

Jika kita berbicara tentang cinta, maka secara hakikat kita akan berbicara tentang kasih sayang; jika kita berbicara tentang kasih sayang, maka akan terbetik dalam benak kita akan suatu hari yang setiap tahunnya dirayakan, hari yang selalu dinanti-nantikan oleh orang-orang yang dimabuk cinta, dan hari yang merupakan momen terpenting bagipara pemuja nafsu.

Sejenak membuka lembaran sejarah kehidupan manusia, maka disana ada suatu kisah yang konon kabarnya adalah tonggak sejarah asal mula diadakannya hari yang dinanti-nantikan itu. Tentunya para pembaca sudah bisa menebak hari yang kami maksud. Hari itu tak lain dan tak bukan adalah "Valentine Days" (Hari Kasih Sayang?).

* Definisi Valentine Days
Para Pembaca yang budiman, mari kita sejenak menelusuri definisi Valentine Days dari referensi mereka sendiri! Kalau kita membuka beberapa ensiklopedia, maka kita akan menemukan definisi Valentine di tiga tempat :

* Ensiklopedia Amerika (volume XIII/hal. 464) menyatakan, "Tanggal 14 Februari adalah hari perayaan modern yang berasal dari dihukum matinya seorang pahlawan kristen yaitu Santo Valentine pada tanggal 14 Februari 270 M".

* Ensiklopedia Amerika (volume XXVII/hal. 860) menyebutkan, "Yaitu sebuah hari dimana orang-orang yang sedang dilanda cinta secara tradisional saling mengirimkan pesan cinta dan hadiah-hadiah. Yaitu hari dimana Santo Valentine mengalami martir (seorang yang mati sebagai pahlawan karena mempertahankan kepercayaan/keyakinan)".

* Ensiklopedia Britania (volume XIII/hal. 949), "Valentine yang disebutkan itu adalah seorang utusan dari Rhaetia dan dimuliakan di Passau sebagai uskup pertama".

* Sejarah Singkat Valentine Days
Konon kabarnya, sejak abad ke-4 SM, telah ada perayaan hari kasih sayang. Namun perayaan tersebut tidak dinamakan hari Valentine. Perayaan itu tidak memiliki hubungan sama sekali dangan hari Valentine, akan tetapi untuk menghormati dewa yang bernama Lupercus. Acara ini berbentuk upacara dan di dalamnya diselingi penarikan undian untuk mencari pasangan. Dengan menarik gulungan kertas yang berisikan nama, para gadis mendapatkan pasangan. Kemudian mereka menikah untuk periode satu tahun, sesudah itu mereka bisa ditinggalkan begitu saja. Dan kalau sudah sendiri, mereka menulis namanya untuk dimasukkan ke kotak undian lagi pada upacara tahun berikutnya.
Sementara itu, pada 14 Februari 269 M meninggalkan seorang pendeta kristen yang bernama Valentine. Semasa hidupnya, selain sebagai pendeta ia juga dikenal sebagai tabib (dokter) yang dermawan, baik hati dan memiliki jiwa patriotisme yang mampu membangkitkan semangat berjuang. Dengan sifat-sifatnya tersebut, nampaknya mampu membangkitkan kesadaran masyarakat terhadap penderitaan yang mereka rasakan, karena kezhaliman sang Kaisar. Kaisar ini sangat membenci orang-orang Nashrani dan mengejar pengikut ajaran nabi Isa. Pendeta Valentine ini dibunuh karena melanggar peraturan yang dibuat oleh sang Kaisar, yaitu melarang para pemuda untuk menikah, karena pemuda lajang dapat dijadikan tentara yang lebih baik daripada tentara yang telah menikah. Valentine sebagai pendeta, sedih melihat pemuda yang mabuk asmara. Akhirnya dengan penuh keberanian, ia melanggar perintah sang Kaisar. Dengan diam-diam ia menikahkan sepasang anak muda. Pendeta Valentine berusaha menolong pasangan yang sedang jatuh cinta dan ingin membentuk keluarga. Pasangan yang ingin menikah lalu diberkati di tempat yang tersembunyi. Namun rupanya, sang Kaisar mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh pendeta tersebut, dan kaisar sangat tersinggung hingga sang Pendeta diberi hukuman penggal oleh Kaisar Romawi yang bergelar Cladius II. Sejak kematian Valentine, kisahnya menyebar dan meluas, hingga tidak satu pelosok pun di daerah Roma yang tak mendengar kisah hidup dan kematiannya. Kakek dan nenek mendongengkan cerita Santo Valentine pada anak dan cucunya sampai pada tingkat pengkultusan !!
Ketika agama Katolik mulai berkembang, para pemimipin gereja ingin turut andil dalam peran tersebut. Untuk mensiasatinya, mereka mencari tokoh baru sebagai pengganti Dewa Kasih Sayang, Lupercus. Akhirnya mereka menemukan pengganti Lupercus, yaitu Santo Valentine.
Di tahun 494 M, Paus Gelasius I mengubah upacara Lupercaria yang dilaksanakan setiap 15 Februari menjadi perayaan resmi pihak gereja. Dua tahun kemudian, sang Paus mengganti tanggal perayaan tersebut menjadi 14 Februari yang bertepatan dengan tanggal matinya Santo Valentine sebagai bentuk penghormatan dan pengkultusan kepada Santo Valentine. Dengan demikian perayaan Lupercaria sudah tidak ada lagi dan diganti dengan "Valentine Days"
Sesuai perkembangannya, Hari Kasih Sayang tersebut menjadi semacam rutinitas ritual bagi kaum gereja untuk dirayakan. Biar tidak kelihatan formal, mereka membungkusnya dengan hiburan atau pesta-pesta.

* Hukum Islam tentang Perayaan Valentine Days
Dalam Islam memang disyari’atkan berkasih sayang kepada sesama muslim, namun semuanya berada dalam batas-batas dan ketentuan Allah -Ta’ala- . Betapa banyak kita dapatkan para pemuda dan pemudi dari kalangan kaum muslimin yang masih jahil (bodoh) tentang permasalahan ini. Lebih parah lagi, ada sebagian orang yang tidak mau peduli dan hanya menuruti hawa nafsunya. Padahal perayaan Hari Kasih Sayang (Valentine Days) haram dari beberapa segi berikut :

* Tasyabbuh dengan Orang-orang Kafir
Hari raya –seperti, Valentine Days- merupakan ciri khas, dan manhaj (metode) orang-orang kafir yang harus dijauhi. Seorang muslim tak boleh menyerupai mereka dalam merayakan hari itu.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Ad-Dimasyqiy-rahimahullah- berkata, "Tak ada bedanya antara mengikuti mereka dalam hari raya, dan mengikuti mereka dalam seluruh manhaj (metode beragama), karena mencocoki mereka dalam seluruh hari raya berarti mencocoki mereka dalam kekufuran. Mencocoki mereka dalam sebagaian hari raya berarti mencocoki mereka dalam sebagian cabang-cabang kekufuran. Bahkan hari raya adalah ciri khas yang paling khusus di antara syari’at-syari’at (agama-agama), dan syi’ar yang paling nampak baginya. Maka mencocoki mereka dalam hari raya berarti mencocoki mereka dalam syari’at kekufuran yang paling khusus, dan syi’ar yang paling nampak. Tak ragu lagi bahwa mencocoki mereka dalam hal ini terkadang berakhir kepada kekufuran secara global".[Lihat Al-Iqtidho’ (hal.186)].

Ikut merayakan Valentine Days termasuk bentuk tasyabbuh (penyerupaan) dengan orang-orang kafir. Rasululllah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

"Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk kaum tersebut". [HR. Abu Daud dalam Sunan-nya (4031) dan Ahmad dalam Al-Musnad (5114, 5115, & 5667), Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushonnaf (19401 & 33016), Al-Baihaqiy dalam Syu’ab Al-Iman (1199), Ath-Thobroniy dalam Musnad Asy-Syamiyyin (216), Al-Qudho’iy dalam Musnad Asy-Syihab (390), dan Abd bin Humaid dalam Al-Muntakhob (848). Hadits ini di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij Musykilah Al-Faqr (24)].

Seorang Ulama Mesir, Syaikh Ali Mahfuzh-rahimahullah- berkata dalam mengunkapkan kesedihan dan pengingkarannya terhadap keadaan kaum muslimin di zamannya, "Diantara perkara yang menimpa kaum muslimin (baik orang awam, maupun orang khusus) adalah menyertai (menyamai) Ahlul Kitab dari kalangan orang-orang Yahudi, dan Nashrani dalam kebanyakan perayaan-perayaan mereka, seperti halnya menganggap baik kebanyakan dari kebiasaan-kebiasaan mereka. Sungguh Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- dahulu membenci untuk menyanai Ahlul Kitab dalam segala urusan mereka…Perhatikan sikap Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- seperti ini dibandingkan sesuatu yang terjadi pada manusia di hari ini berupa adanya perhatian mereka terhadap perayaan-perayaan, dan adat kebiasaan orang kafir. Kalian akan melihat ,ereka rela meninggalkan pekerjaan mereka berupa industri, niaga, dan sibuk dengan ilmu di musim-musim perayaan itu, dan menjadikannya hari bahagia, dan hari libur; mereka bermurah hati kepada keluarganya, memakai pakaian yang terindah, dan menyemir rambut anaka-anak mereka di hari itu dengan warna putih sebagaimana yang dilakukan oleh Ahlul Kitab dari kalangan Yahudi, dan Nashrani. Perbuatan ini dan yang semisalnya merupakan bukti kebenaran sabda Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- dalam sebuah hadits shohih, "Kalian akan benar-benar mengikuti jalan hidup orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta sehingga andai mereka memasuki lubang biawak, maka kalian pun mengikuti mereka". Kami (para sahabat) bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah mereka adalah orang-orang Yahudi, dan Nashrani". Beliau menjawab, "Siapa lagi kalau bukan mereka". [HR. Al-Bukhoriy (3456) dari Abu Sa’id Al-Khudriy -radhiyallahu ‘anhu-]".[Lihat Al-Ibda’ fi Madhorril Ibtida’ (hal. 254-255)].
Namun disayangkan, sebagian kaum muslimin berlomba-lomba dan berbangga dengan perayaan Valentine Days. Di hari itu, mereka saling berbagi hadiah mulai dari coklat, bunga hingga lebih dari itu kepada pasangannya masing-masing. Padahal perayaan seperti ini tak boleh dirayakan. Kita cuma punya dua hari raya dalam Islam. Selain itu, terlarang !!.

TIGA POIN KANDUNGAN SURAH AL-MAIDAH AYAT 3

Setiap yang berawalan pasti mempunyai akhiran, sebagaimana kita ketahui, ada awal bulan , pasti ada akhir bulan. Ada awal tahun ada akhir tahun. Seperti halnya ada kelahiran pasti ada kematian. Sesaat pada tanggal 9 dzulhijjah, merupakan tahun ke 10 Hijriyah, ketika Rasulullah berada di padang arafah, beliau berada di atas onta yang diberi nama Lebbah. Beliau menerima wahyu terakhir, di akhir tahun ke-10 Hijriyah, yaitu surat Al Maidah ayat 3, yang mana di ayat terakhir ini mengandung tiga poin penting yang merupakan pemberitahuan sekaligus peringatan buat Rasulullah sekaligus bagi umatnya.

Poin pertama : “Hari ini aku sempurnakan bagimu Agamamu”. Maka sejak saat itu syariat Islam telah sempurna, tidak perlu ada revisi, baik pengurangan, maupun penambahan. Syahadadnya, Salatnya, Zakatnya, puasa dan hajinya semuanya telah disyariatkan secara sempurna.

Akan tetapi dalam kenyataannya, pada akhir zaman ini, ada yang menyatakan salat tidak perlu lagi dengan gerakan rukuk, sujud, tidak perlu lagi tasyahud awal dan akhir, cukup dengan niat. Ini adalah pemahaman baru (memasuki pemahaman aliran kepercayaan -red), niat adalah merupakan rukun dari salat dan tidak berarti salat orang yang mengerjakan salat tanpa niat. Rasulullah menyatakan: “Sesungguhnya segala amal perbuatan itu digantungkan pada niatnya”. Akan tetapi jika salat itu hanya niat saja sudah cukup, itu bukan salat namanya.

Sebagai lukisan sederhana kami mengutip buku Islam Agama Rasional, karya Mehdi Khorasani-A.F.B. Baines-Hewitt, tentang pengalaman Mohammad Asad. Sebelum masuk Islam bernama Leopold Weiss. Dalam perjalanannya ke Negara-negra Islam. Leopold Weiss melihat kaum muslimin sembahyang berjamaah di suatu desa.

Ia bertanya pada imam desa itu: “Apakah Tuan sesungguhnya bahwa Tuhan menghendaki supaya tuan-tuan perlihatkan penghormatan kepada-Nya dengan berulang-ulang, Rukuk, dan sujud kepadanya? Tidakkah lebih baik apabila hanya dengan melihat kedalam hati dan menyembahnya dengan diam-diam?”

Imam desa itu menjawab: ”betapa pula kami akan menyembah Tuhan? Bukankah ia menciptakan manusia dalam bentuk jasmani dan rohani, tidakkah patut orang menyembah Dia dengan rohani dan jasmani.

Agama Islam bukan saja menganggap jiwa manusia itu sebagai struktur, tertapi seluruh wujud kemanusiaan merupakan suatu struktur yang bulat. Istilah ‘hati’ dan ‘akal’ lebih merupakan pengucapan simbolik.

Di sinilah kesempurnaan Islam yang menghargai kegiatan lahir dan juga kegiatan batin dan kedua-duanya membutuhkan makan dan perawatan kesehatan yang sama agar sehat badan jasmani dan rohaninya, sehingga firman Allah: “carilah kebahagiaan akhirat , akan tetapi jangan lupakan bagianmu di dunia ini”. (Qs.al-qashas.77)

Rasulullah bersabda: ”Salatlah kamu semua seperti saya salat”. Dengan demikian berarti Rasulullah mengerjakan salat. Akan tetapi mengapa agama sekarang diartikan secara dangkal? Perintah Rasulullah itu adalah merupakan ibadah praktik dan umat Islam tidak boleh begitu saja meninggalkan praktik ibadah tersebut. Mereka menganggapnya ritual itu bisa diubah-ubah, disesuaikan dengan zaman dan kesibukan manusia, sehingga mereka yang tidak mengerti syariat secara sempurna dianggapnya hal itu tidak efektif, dan efesien. Ini adalah Dajjal (pembohong besar), yang sangat perlu diwaspadai dan dicermati, sehingga tidak menjalar kepada masyarakat Islam awam lainnya.

Konsekwensinya, jika salat hanya cukup dengan niat saja, maka masjid-masjid di seluruh duania harus dibongkar dan diganti dengan mall dan supermarket. Paham ini dipersilakan jika berani menghadapi umat Islam di seluruh dunia, sebab efeknya seakan tidak perlu lagi ka’bah dan masjid Nabawi, serta Masjidil Haram. Itu semua harus dibongkar karena tidak efektif dan efisien.

Jika salat tidak perlu rukuk dan sujud dan cukup hanya dengan niat saja, padahal masjid adalah merupakan tempat untuk rukuk dan sujud, demi kemulyaan Islam dan Al-Islamu Yaklu wala Yukla alaih (Islam itu tinggi dan tidak ada yang melebihinya), maka Dengan rendah hati saya tantang, siapa pun yang mempunyai faham salat tidak perlu rukuk dan sujud. Hanya cukup dengan niat saja. Marilah kita cari kebenaran, mari kita adakan dialog terbuka dan saya sanggup menghadirinya. Asalkan berdasrkan Alquran dan sunnah rasul. Maaf tidak berdasarkan primbon.

Semua syariat Islam itu sudah sempurna, yang dikumpulkan dalam suatu wadah yang bernama ‘agama’ yang artinya ‘tidak kocar kacir’ atau dalam arti lain dalam bahasa sansekertanya: A = tidak, dan Gama = rusak. Artinya (orang yang beragama tidak akan mengalamai kerusakan). Atau disebut juga ”Addienun-Naasihah”; (agama itu adalah nasihat). Di sini siapa pun yang dalam hidupnya tidak ingin kocar-kacir, rusak dan mendapatkan petunjuk maka beragamalah.

Poin kedua : “Dan aku cukupkan nikmatku bagimu”. Sejak kurang lebih 1500 tahun yang lalu, nikmat yang telah diberikan Allah itu sudah sempurna, dan bahkan seandainya kita diperintahkan untuk menghitung-hitung nikmat yang diberikan oleh Allah, kita tidak akan mampu menghitungnya. Saking besarnya karunia nikmat itu, dan itu wajib kita syukuri.

Allah berfirman :”wamaa uutiitum minal ilmi illa qoliila”, (Dan tidaklah aku berikan kepada kamu semua ilmu, kecuali sedikit). Ahli tafsir mengatakan jarum dimasukkan ke dalam lautan, kemudian diangkat. Tetesan air yang ada pada jarum itulah yang diberikan Allah, yang diperebutkan oleh seluruh manusia di dunia.

Akan tetapi nikmat itu tidak akan cukup jika tidak digabungkan dengan agama. Dengan Agamalah nikmat itu terasa sebagai anugerah dari Allah Swt. Disinilah kita akan menemukan kepuasan batin didalam pengabdian sebagai hamba.

Poin ketiga : “Dan aku ridho Islam itu sebagai Agamamu”. Kita hidup di dunia ini adalah sebagai konsumen nikmat Allah. Jika kita beriman, kemudian beramal salih, saling berwasiat kepada kebenaran dan saling berwasiat kepada kesabaran, maka Allah telah bersumpah demi masa, manusia tidak akan merugi.

Marilah kita menjaga agama ini dengan ibadah sesuai dengan syariatnya yang benar, sesuai dengan yang telah disyariatkan oleh Rasulullah Saw. Mudah mudahan anak keturunan kita menjadi generasi yang salih dan salihah dan menjadi pemimpin bagi umat yang bertakwa, dan keluarga kita menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah serta selamat dunia dan akheranya. Amiim ya robbal aalamiin.(buletin hidayah, edisi 40/april 2005)

MENGHITUNG HURUF AL-QUR'AN

Gairah intelektualitas para Ulama masa lalu memang membikin kita mengeleng-gelengkan kepala. Banyak kita jumpai karya-karya spektakuler yang jarang kita dapatkan pada zaman ketika gairah intelektualitas umat Islam menurun. Terkadang sesuatu yang kita tidak anggap penting, namun ternyata tidak luput dari ide-ide kreatif yang mereka ciptakan.

Dan ternyata hal-hal yang dianggap tidak penting itu memiliki tempat khusus di dalam hati para generasi berikutnya. Bahkan, juga kadang menjadi data penting yang cukup jarang diketahui. Karena tidak jarang, walaupun masa ini telah ditopang dengan kecanggihan teknologi, ternyata masih harus pasrah hanya dengan gelengan kepala, mengingat situasi teknologi zaman dulu masih tidak secanggih saat ini.

Salah satunya hasil penelitian seorang sekaliber Imam an-Nasafi yang meneliti jumlah huruf dalam kitab suci al-Qur?an!.

Kalau yang dihitung adalah jumlah surat atau kalimat, masih mending. Tapi kalau menghitung jumlah huruf, cukup ruwet juga, 'kan? Dan ternyata itu yang dilakukan oleh an-Nasafi.

Hasil penelitiannya ini ditulis dalam kitab Majmu al Ulum wa Mathli?u an Nujum dan dikutip oleh Imam Ibn ?Arabi dalam mukaddimah al-Futuhuat al Ilahiyah karangannya sendiri. Berikut ini uraiannya dan huruf-huruf diurut sesuai dengan banyaknya: Alif : 48740 huruf, Lam : 33922 huruf, Mim : 28922 huruf, Ha? : 26925 huruf, Ya? : 25717 huruf, Wawu : 25506 huruf, Nun : 17000 huruf, Lam alif : 14707 huruf, Ba? : 11420 huruf, Tsa? : 10480 huruf, Fa? : 9813 huruf, ?Ain : 9470 huruf, Qaf : 8099 huruf, Kaf : 8022 huruf, Dal : 5998 huruf, Sin : 5799 huruf, Dzal : 4934 huruf, Ha : 4138 huruf, Jim : 3322 huruf, Shad : 2780 huruf, Ra? : 2206 huruf, Syin : 2115 huruf, Dhadl : 1822 huruf, Zai : 1680 huruf, Kha? : 1503 huruf, Ta? : 1404 huruf, Ghain : 1229 huruf, Tha? : 1204 huruf dan terakhir Dza? : 842 huruf. Jumlah total semua huruf dalam al-Qur?an sebanyak satu juta dua puluh tujuh ribu. Jumlah total ini sudah termasuk jumlah huruf ayat yang di-nusakh.

Minggu, 08 Maret 2009

SEPUTAR WUDHU

Pengertian Wudhu
Wudhu adalah bersuci yang diwajibkan dikarenakan adanya hadats ashghar
(hadats kecil), seperti kencing, buang air besar, kentut, tidur yang nyenyak, makan daging unta.

Keutamaan Wudhu
Dari 'Umar radhiyallâhu 'anhu dari Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam
bahwa beliau shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Tidak ada seorang pun dari kalian yang berwudhu kemudian ia
menyempurnakan wudhunya, lalu ia mengucapkan asyhadu an laa ilaaha illallaaha wahdahu laa syariika lahu wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa rasuuluhu, Allaahummaj'alnii minattawwaabiina waj'alnii minal mutathahhiriin, kecuali akan dibukakan baginya pintu surga yang delapan, ia memasukinya dari pintu mana yang ia kehendaki."
Dari 'Utsman radhiyallahu 'anhu bahwasanya Nabi shallallâhu 'alaihi wa
sallam bersabda:
"Barangsiapa yang berwudhu kemudian ia membaguskan wudhunya maka akan
keluar dosa-dosanya dari badannya hingga keluar dari bawah kuku-kukunya." (HR. Muslim)
Dari 'Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu bahwasanya Nabi
shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Menyempurnakan wudhu di kala susah, mengayunkan langkah kaki ke masjid, menunggu shalat (wajib) setelah shalat (wajib) akan mencuci dosa-dosa dengan sebenar-benar cucian."

Rukun Wudhu

1. Membasuh muka, berkumur-kumur, dan memasukkan air ke hidung lalu mengeluarkannya. 2. Membasuh kedua tangan sampai dengan siku.
3. Mengusap seluruh kepala dan dua daun telinga karena ia termasuk
bagian kepala.
4. Membasuh kaki sampai dengan mata kaki.
5. Tertib, melakukan rukun wudhu sesuai dengan urutannya.

6. Berturutan.


Sunnah-sunnah Wudhu
1. Mencuci kedua telapak tangan sebelum wudhu tiga kali.

2. Bersiwak.
3. Membaca bismillaah.

4. Menyela-nyela jenggot.
5. Menyela-nyela jari tangan dan kaki.

6. Mencuci anggota wudhu tiga kali kecuali kepala, dan menggosoknya.

7. Mendahulukan anggota wudhu yang kanan sebelum yang kiri (membasuh tangan kanan sebelum tangan kiri dan kaki kanan sebelum kaki kiri.
8. Membaca do'a setelah wudhu.


Tata Cara Wudhu
1. Berniat wudhu dengan hati tanpa melafazhkannya karena Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam tidak pernah sama sekali mengucapkan niat, baik ketika wudhu, shalat, dan tidak pula ketika ibadah-ibadah yang lain. Juga dikarenakan Allah mengetahui apa yang terkandung terkandung dalam hati sehingga tidak butuh untuk diberitahu tentang kandungannya.
2. Mengucapkan basmalah.
3. Mencuci kedua telapak tangan tiga kali.
4. Berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung lalu mengeluarkannya tiga kali.
5. Membasuh wajahnya tiga kali dari batas telinga sampai batas telinga yang lain, dan dari batas (normal) tumbuhnya rambut kepala sampai ujung jenggot.
6. Membasuh kedua tangannya tiga kali dari ujung jari-jemari sampai dengan siku. Mendahulukan yang kanan kemudian yang kiri.
7. Mengusap kepala sekali usapan. Yaitu dengan membasahi kedua telapak tangan lalu mengusapkannya dari kepala bagian depan (batas normal tumbuhnya rambut) sampai ke tengkuk kemudian mengembalikannya ke depan.
8. Kemudian mengusap dua daun telinga dengan sekali usapan, yaitu memasukkan jari telunjuk ke dalam lubang telinga dan mengusap bagian luar daun telinga dengan ibu jari.
9. Membasuh/mencuci kedua kaki tiga kali dari ujung jari-jemari kaki sampai dengan kedua mata kaki. Mendahulukan yang kanan kemudian yang kiri.